Angkara Gung Ing Angga Anggung Gumulung artinya angkara besar dalam badan selalu menggelora, atau di dalam diri manusia ada bibit angkara murka yang luar biasa besarnya.
Peribahasa ini mengingatkan bahwa semua manusia mempunyai hawa nafsu. Misalnya nafsu amarah. Menurut kodratnya, nafsu tersebut sewaktu-waktu dapat meledak, menimbulkan keinginan yang tidak jelas arahnya (apabila tidak dikendalikan dengan baik).
Jika sudah begitu siapapun bisa seperti kerasukan setan. Hilang sisi kemanusiaannya karena perbuatannya tidak ubahnya dengan perilaku hewan.
Keangkaramurkaan seolah sudah menjadi biri manusia. Contoh yang paling mudah diberikan adalah rentetan peristiwa Perang Dunia. Selama perang dunia I dan II, entah berapa juta jiwa saja korbannya. Mayat berserakan, orang yang kehilangan rumah, pekerjaan, menjadi cacat, miskin, tak terhitung lagi. Bangunan-bangunan musnah dibumihanguskan, negara porak-poranda.
Padahal jika diruntut, bukankah tujuan dari perang itu sebenarnya hanya menuruti keangkaramurkaan yang bergejolak di dalam dada para pemimpin dunia masa itu saja?
Peribahasa ini juga mengisyaratkan, lantaran setiap manusia senantiasa mempunyai bibit angkara murka yang bisa menghancurkan dunia, mereka harus pandai-pandai mengendalikannya. Ketika kita lengah dan angkara murka menjelma, yang terlibas bencana bukan diri sendiri saja, tetapi orang lain pun ikut menanggung akibatnya.
0 comments: