Keimanan yang menghujam kuat ke dalam lubuk hati yang paling dalam, dibekali dengan ilmu yang tinggi, ditambah amal yang hebat, bisa saja hilang tak berbekas, jika tidak dihiasi dengan sikap ikhlas.
Ya, kata kunci untuk seluruh aktivitas hidup kita yang diorientasikan untuk ibadah kepada Tuhan, hanya akan bermakna dan bernilai di hadapan-Nya, jika disertai ketulusan hati dan keikhlasan jiwa.
Ikhlas dalam pengertiannya yang umum adalah melakukan segala aktivitas (amal) ibadah tanpa pamrih, tidak berharap apa-apa selain ridla Allah. Konsentrasi ibadahnya hanya ditujukan kepada Tuhan semata, tidak yang lainnya.
Parameternya adalah ketulusan niat dari sebelum, selama, dan sesudah kita beramal. Konsistensi ketulusan niat harus melingkupi ketiga aspek ini, tidak hanya salah satunya.
Dalam falsafah Jawa, ada istilah sepi ing pamrih rame ing gawe. Makna tersirat dari ungkapan sepi ing pamrih adalah bahwa ketika kita melakukan sesuatu hendaklah didasari oleh ketulusan niat, keikhlasan hati, bukan karena ada pamrih atau keinginan mendapatkan balasan atau pujian dari orang lain.
Adapun kalimat rame ing gawe, maknanya adalah terus melakukan amal saleh dengan penuh semangat, kapan pun dan di mana pun, tidak peduli dengan komentar orang lain di kanan dan di kiri.
Dengan demikian, jika digabungkan kedua kalimat tersebut, yakni sepi ing pamrih rame ing gawe, makna filosofisnya adalah seseorang hendaknya mengawali segala aktivitas (amal)-nya dengan niat yang tulus, hati yang ikhlas tanpa berharap apa pun dari orang lain, baik itu berupa pujian atau balasan atas kebaikan yang dilakukannya. Pun, tidak akan mundur selangkah pun, ketika dihujat, di bully, dicaci dan dimaki.
#JawaBestari #Jawa #Bijak #BijakJawa #Pitutur #Petuah #Luhur #Bestari #Budaya #Peribahasa #Tradisi
0 comments: