Agama Islam dihadirkan untuk membebaskan masyarakat dari penindasan kaum aristokrat Quraisy. Mengubah paradigma penjajahan terhadap bangsa yang lemah. Mengangkat harkat martabat perempuan, pembebasan budak, dan kesetaraan hak hidup atau merdeka. Kandungan nilai luhur dalam Islam adalah terwujudnya masyarakat madani dengan aplikasi keadilan dan kemakmuran masyarakat.
Perkembangan zaman yang menghendaki kapitalisasi kekuasaan, memaksa negara-negara super powers bergerak mengintervensi negara-negara tertentu untuk menyebarkan ideologi. Panjajahan tidak pernah berhenti di tengah isu kampanye perdamaian dunia. Mediasi dan gencatan senjata hanya iklan sementara untuk melanjutkan penjajahan berikutnya.
Meski banyak aspek yang menyebabkan terjadinya peperangan atau penjajahan, namun agama selalu hadir menawarkan dukungan moril dan materiil. Kasus Palestina adalah fenomena perang berkepanjangan yang banyak mengubah struktur masyarakat dunia. Menyebabkan turbulensi media dan gerakan-gerakan sosial sebagai prinsip solidaritas persaudaraan sesama muslim.
Kutukan pemerintah beserta bantuan dana kemanusiaan dirasa kurang totalitas di mata masyarakat muslim yang fanatik terhadap kejayaan dunia Islam. Bahkan muslim yang bersikap netral pun dengan mudah dituduh kafir, zionis nusantara, anti-Islam, dan sebagainya. Euforia muslim dunia untuk membebaskan Palestina dari ketertindasan menginisasi gerakan perlawanan di media digital dan sumbangan materiil dari dana-dana kemanusiaan.
Agama mempunyai sifat akulturatif dan asosiatif yang kemudian diimplementasikan menjadi rumusan hidup manusia. Sejarah panjang dominasi agama mengisahkan tentang upaya memusanahkan agama satu dengan yang lain. Kemunculan agama baru dianggap ancaman bagi agama sebelumnya. Sampai pada sikap skeptis dan rasis terhadap perbedaan keyakinan (agama) orang lain.
Fanatisme terhadap keyakinan agama setiap orang yang mengimani, menjadi celah bagi beberapa oknum untuk memanfaatkan masyarakat yang bermodal taklid kepada imam tertentu. Keminiman literasi seputar agama membuat seseorang mudah digiring opini dan didoktrin untuk melakukan segala hal atas nama agama, berkorban nyawa sekalipun.
Narasi bela agama, jihad, dan amar ma’ruf nahi munkar bergema dalam kolom-kolom media sosial dan mimbar-mimbar kajian keagamaan. Melihat Indonesia sebagai basis muslim terbesar di dunia, beberapa oknum memanfaatkan kefanatikan masyarakat untuk memperoleh keuntungan pribadi. Konflik Israel-Palestina menjadi gambaran betapa totalitasnya muslim Indonesia melakukan segala upaya untuk membantu Palestina.
Baca Juga : Agama dan Kemanusiaan
Dana Kemanusiaan
Beberapa tokoh agama dan artis kompak menggalang dana kemanusiaan untuk Palestina. Puluhan hingga ratusan miliar berhasil dikumpulkan melalui berbagai platform digital. Bahkan, di jalan-jalan banyak yang mengenakan atribut “Save Palestine” untuk meminta sumbangan kepada pengendara motor dan mobil. Seniman turut menggelar aksi di atas panggung virtual maupun non-virtual untuk melakukan galang dana kemanusiaan.
Sudah banyak uang beredar mengatasnamakan bantuan kemanusiaan. Namun kadang niat menyumbang atau berdonasi tidak lantas diapresiasi oleh masyarakat. Ada sikap sinis dan curiga terhadap aliran dana yang tidak jelas muaranya. Demikian yang mendorong DPR dan beberapa politisi menyuruh pemerintah melakukan audit dana-dana kemanusiaan.
Jika dana memang disalurkan kepada lembaga independen bantuan kemanusiaan, maka harus disyukuri bahwa solidaritas muslim Indonesia (atas nama agama) dan solidaritas nonmuslim Indonesia (atas nama kemanusiaan) bisa menjadi kekuatan dunia. Namun sebaliknya, jika ada oknum yang mencederai dana kemanusiaan untuk dikorupsi (kekayaan pribadi), maka citra Islam sebagai agama peduli kemanusiaan luntur oleh beberapa oknum tidak bertanggungjawab.
Apalagi sistem audit tidak menjangkau pada kantong-kantong dana kemanusiaan di jalan raya, cafe, rumah ke rumah, hingga tempat wisata. Tidak ada identitas jelas orang yang meminta sumbangan, selain atribut pakaian dan bendera Palestina.
Dana kemanusiaan yang diberikan pemerintah dan sumbangan sukarela masyarakat Indonesia harus tetap diapresiasi. Menyingkirkan sejenak opini mengenai dana kemanusiaan yang diduga megalir ke kantong-kantong teroris Palestina. Sedangkan untuk tokoh atau organisasi apapun yang meminta sumbangan mengatasnamakan dana kemanusiaan rakyat Palestina, semoga menjadi titipan dana yang amanah tanpa embel-embel balas jasa.
Kegeraman Ustaz Adi Hidayat (UAH) terhadap fitnah penyelewengan dana kemanusiaan rakyat Palestina patut dimaklumi. Apalagi beliau menjadi trademark generasi muslim milenial. Pelaporan hukum kasus fitnah dana kemanusiaan oleh UAH adalah upaya membersihkan namanya sebagai agamawan atau ulama. Banyak momentum yang bisa dilakukan untuk menarik dana kemanusiaan dari masyarakat. Mulai dari bencana alam, kemiskinan, bantuan sosial dan kesehatan, hingga konflik perang di luar negeri.
Jika ada rekapitulasi dana kemanusiaan secara nasional tanpa ada sedikit pun penyelewengan, betapa indah rasa kemanusiaan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Konflik Israel-Palestina sedikit mengembalikan sikap empati dan simpati masyarakat Indonesia yang sempat hilang akibat politik identitas beberapa tahun ke belakang.
0 comments: