Ancik-ancik itu artinya berdiri di atas suatu alat bantu untuk menggapai sesuatu, karena hanya dengan ketinggian tubuhnya sesuatu itu tak bisa dia raih, meskipun sudah berdiri dengan cara berjinjit. Eri itu duri. Jadi arti bahasa dari pitutur itu adalah berdiri di atas alat bantu untuk menggapai sesuatu yang diinginkannya. Hanya saja alat bantunya itu berupa duri. Bisa dibayangkan betapa sulitnya posisi orang tersebut.
Sangat sulit, karena dia sedang menghadapi masalah yang sangat pelik dan sulit diatasi. Membayangkan keadaan itu saja kita sudah miris, begitu gawat, kritis, bahkan sepertinya tak tertolong lagi. Posisi serba sulit. Meloncat dia jatuh, tetap berdiri di atas duri, menyakitkan dan berdarah-darah serta tidak tahu kapan kondisi ini akan berakhir.
Memang terkadang ada orang yang tidak sengaja atau bukan atas kemauannya sendiri berada di posisi serba sulit, kata orang maju kena mundur kena. Kalau demikian tinggal bagaimana dia mencari solusinya. Meskipun sulit namun dia tetap harus berusaha mencari jalan keluar. Tidak grusa-grusu dan mempertimbangkan untung-rugi dari berbagai aspek langkah yang akan dia ambil.
Pada kasus ini semua alternatif yang ada tidak menguntungkan, maka yang harus diambil adalah alternatif yang paling sedikit kerugiaannya. Dengan bertawakal dan berdoa maka dia mengambil pilihan loncat misalnya. Dia berharap ada berbagai kemungkinan yang akan menyelamatkannya daripada hanya berdiri di atas duri. Ya upaya harus dilakukan karena dengan itu keberuntungan masih mungkin terjadi.
Namun kalau kita renungkan sebenarnya pitutur itu adalah warning, bukan hanya pasemon atau perumpamaan tetapi mengajari kita agar tidak mengejar target di luar kemampuan, apalagi sampai bervivere pericoloso, menerjang bahaya, seperti digambarkan di atas dengan berdiri bertumpu pada duri. Banyak contoh untuk ini. Misalnya orang mempunyai keinginan untuk memperoleh suatu posisi dengan mengandalkan uang. Untuk itu dia berhutang kesana-kemari.
Namun posisi yang diharapkannya tidak tercapai bahkan pemilik uang berkali-kali menagih. Saking jengkelnya, pemilik uang mengancam akan membunuhnya. Yang berhutang itu malu karena tidak ingin aibnya dibuka di depan orang lain dan saking tidak kuat menahan malu dia emosi dan mengucapkan kata-kata yang membuat pemilik uang jadi marah.
Maka niat membunuhnyapun akan diwujudkan dengan menodongkan senjata dan mengejarnya sampai ketubir jurang. Nah di sini terjadi posisi maju kena mundur kena. Maju masuk jurang atau mundur dibunuh. Tentu bukan cerita itu yang menjadi fokus kita, tetapi warning pitutur itu, agar kita tidak melakukan sesuatu yang menyebabkab kita berada pada posisi yang akan menyusahkan kita sendiri.
0 comments: