Banyak orang ingin hidupnya senang terus. Duit banyak, shoping sesuka hati, traveling keliling dunia, kulineran kapan saja, menikmati hiburan apa saja bisa dan lain sebagainya. Bersenang-senang terus tanpa ada penderitaan dan kesusahan.
Dan anda bisa tanyakan, adakah orang yang selalu senang seperti itu? Saya belum tanya si ke banyak orang, namun bisa dipastikan, tidak ada. Bahkan ada yang hartanya sudah berlimpah ruah tak terhitung, datang untuk mencari jawaban, bagaimana caranya agar bahagia? Ternyata hartanya belum mampu membuatnya bahagia.
Ya, karena hidup ini memang bukan sekedar mencari kenikmatan dan kesenangan. Bahagia yang dalam bahasa jawa disebut bagja, itu bukan berarti bersuka cita dan bersenang-senang selalu, tapi lebih kepada kondisi batin yang mampu melampaui senang dan susah.
Hidup itu ibarat permainan game, yang jika sudah lulus satu hal, akan ada tantangan baru lagi. Jika hanya mengikuti kesenangan hawa nafsu, maka justru batin akan semakin menderita, karena ikatan nafsu dengan dunia itu. Dunia itu penting, kaya itu penting, namun bukan untuk menjadi pijakan takaran kebahagiaan dan keselamatan.
Maka dibutuhkan tirakat, yaitu olah batin, olah rasa, olah jiwa dan raga. Salah satu bentuk tirakat yang biasa dilakukan orang jawa, itu biasa disebut cegah dhahar lawan guling (mengurangi makan dan tidur). Seperti halnya saat puasa ini, melakukan pengurangan makan dan juga mengurangi tidur (bangun dini hari). Jika tirakatnya berhasil, maka seseorang akan memiliki kemampuan mengendalikan hawa nafsunya, semakin baik sifat pribadi dan karakternya, semakin jernih hati dan pikirannya. Hati-hati dalam bertindak. Bijaksana dalam bersikap. Dan senantiasa eling lan waspodo (sadar & waspada)
Dengan kemampaun itu, diharapkan seseorang menjadi waskita (tajam penglihatan), ayem tentrem (tenang dan damai) hidupnya, dan mampu menangani apapun tantangan dalam hidupnya. Sehingga selamat lahir dan batinnya.
0 comments: