CATEGORIES

Curiga itu keris. Manjing adalah masuk. Warangka adalah wadah keris yang disebut “sarung keris”. Nah, curiga manjing warangka berarti keris ...

Curiga Manjing Warangka, Warangka Manjing Curiga

Curiga Manjing Warangka, Warangka Manjing Curiga

Curiga itu keris. Manjing adalah masuk. Warangka adalah wadah keris yang disebut “sarung keris”. Nah, curiga manjing warangka berarti keris masuk ke dalam sarungnya; sedangkan warangka manjing curiga adalah sebaliknya, sarung keris masuk ke dalam kerisnya. Tentu kalau dipikir dengan nalar yang kedua itu tidak masuk akal. Namun ingat, ini bukan soal nalar, melainkan naluri. Bukan soal akal melainkan spiritual. Bukan soal pikiran manusiawi, melainkan soal rasa rohani.
Peribahasa ini merupakan gambaran dari cita-cita ideal tentang hubungan pemimpin dengan rakyatnya di jawa. Di mana pemimpin memahami aspirasi rakyat dan mau menyantuni mereka dengan baik, sehingga rakyat bersedia mengabdikan diri dengan ikhlas kepada sang pemimpin.
Hakikatnya, pemimpin memang harus menjaga, megayomi, menata dan menghidupkan semangat rakyat untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Sebaliknya, rakyat pun harus bersedia "mengabdikan dirinya kepada pemimpin", dengan cara melaksanakan segala kebijakannya,sehingga terjadi keharmosan dalam tata kehidupan di masyarakat.
Dalam konteks ungkapan tersebut, pemimpin dilambangkan sebagai keris yang di masukkan ke dalam sarungnya (masyarakat yang di pimpin).
Dengan demikian, tentu akan bermasalah jika keris terlampau panjang atau sarungnya terlalu pendek. Akan tidak masuk juga ketika keris itu terlampau besar atau sarungnya terlalu kecil dan selanjutnya.
Demikian pula hubungan pemimpin dan rakyatnya. Kehidupan di sana akan senantiasa dirundung masalah jika terjadi ketidaksesuaian, ketidakserasian, perbedaan sikap, pendapat, pikiran, serta orientasi dari masing-masing pihak.

0 comments: