CATEGORIES

Ronggowarsito dalam Serat Kalatida ini sangat terkenal karena didalamnya ada ungkapan amenangi jaman edan. Nah di situlah pitutur kita kali ...

Ewuh Aya Ing Pambudi

Ewuh Aya Ing Pambudi

Ronggowarsito dalam Serat Kalatida ini sangat terkenal karena didalamnya ada ungkapan amenangi jaman edan. Nah di situlah pitutur kita kali ini, yaitu "ewuh aya ing pambudi" yang artinya sulit menentukan pilihan, tindakan mana yang akan diambil. Orang dihadapkan pada alternatif yang serba sulit yang menyebabkan hatinya bergolak.
Dua opsi yang sama-sama mengandung resiko yang berat. Kesulitan memilih ini sering kita sebut sebagai "bagai makan buah simalakama" yang dimaknai dimakan bapak mati tidak dimakan ibu mati, atau dengan bahasa yang lebih gaul "maju kena mundur kena". itulah yang dimaksud ewuh aya ing pambudi. Dalam kehidupan sekarang, kita sering dihadapkan pada pilihan yang sama-sama sulit itu.
Sebagai contoh misalnya tindakan apa yang akan diambil oleh dokter kandungan ketika menghadapi pasien seorang ibu yang menderita sakit sangat kritis, sedang dia mengandung bayi. Sering dalam kondisi begini dokter, atas izin suami atau keluarga, harus memilih antara menyelamatkan ibu atau bayinya. Dua opsi yang mengandung resiko sama-sama berat sehingga hati sulit memilih. Banyak lagi contoh yang menggambarkan seseorang dihadapkan pada pilihan yang sama-sama berisiko.
Bila ewuh aya ing pambudi ini dikaitkan dengan jaman edan seperti diungkapkan oleh Ronggowarsito, maka alternatifnya adalah bila larut dalam jaman yang sudah edan itu, dia akan mendapatkan bagian tetapi bila tegar dan tidak larut maka dia tidak mendapat bagian. Di sini karakter orang akan menentukan pilihannya. Ikut edan maka dia akan mendapat bagian dari bancakan itu. Kalau tidak ya tidak, bahkan mungkin akan kelaparan.
Nah bagaimana lantas pitutur Ronggowarsito ? Beliau mengingatkan kita bahwa orang yang ikut bancakan itu nampaknya saja beruntung (beja). Tetapi itu hanyalah suatu fatamorgana. Itu hanyalah keberuntungan semu, bukan yang dikehendaki oleh Tuhan (kersaning Allah) sebab orang yang sebenar-benarnya beruntung adalah orang yang sadar diri dan waspada (eling lan waspada).
Memang kelihatannya dia tidak mendapatkan bagian, tetapi dialah sebenarnya orang yang beruntung (beja). Maksudnya pasti ada keberuntungan lain yang akan dia peroleh. Jadi ketika orang dihadapkan pada opsi-opsi yang sulit, tetap saja dia harus memilih satu alternatif yang tidak ikut edan, tetapi yang eling lan waspada (tidak mengotori hati nuraninya).

0 comments: