Kaya suruh seperti daun sirih. Lumah kurebe beda, sisi atas dan sisi bawah berbeda. Yen gineget kalau digigit, pada rasane, rasanya sama. Jelas, sirih bagian atas berbeda dengan bagian bawah. Namun pitutur ini mengajarkan kepada kita agar kita lebih mengutamakan persamaan dan tidak terlalu mengemukakan perbedaan.
Hal ini terbukti dengan ungkapan "yen gineget pada rasane". Karena dengan menitikberatkan pada persamaan kita akan dapat mengeliminasi perbedaan sehingga perbedaan tidak semakin tajam. Mempertajam perbedaan akan memunculkan friksi, konflik dan permusuhan. Akhirnya perpecahan yang akan terjadi dan semua orang menyesalinya.
Contoh untuk pitutur ini sering digambarkan sebagai sikap penjajah yang pernah menjajah negeri kita. Kita pernah dijajah oleh negara dari benua Eropa. Kita Kita juga pernah dijajah oleh negara dari benua Asia. Eropa tentu berbeda dengan Asia. Tetapi penjajah tetaplah penjajah, sama-sama ingin menguasai dan mengambil kekayaan kita.
Namun menurut penulis, pitutur ini lebih dimaksudkan untuk menggambarkan keserasian dan kerukunan suami isteri dalam keluarga. Kita bisa mengambil contoh bagaimana sikap, perilaku dan tutur kata isteri dibanding suami. Sejak dari sononya isteri yang yang berjenis perempuan itu berbeda dengan suaminya yang berjenis laki-laki. Yang nampak berbeda bukan hanya fisiknya tetapi juga pola fikir, sikap dan tutur katanya. Bahkan sering profesinyapun berbeda.
Secara umum isteri lebih banyak bicara dengan hati sedang suami lebih banyak bicara dengan akal. Dan kenyataannya permasalahan dalam hidup berumah tangga tidak cukup hanya diselesaikan oleh nalar, dan juga tidak cukup hanya diatasi dengan kata hati. Nalar dan kata hati harus saling mengisi. Karena itu kalau diibaratkan sebuah taman maka perbedaan itu justru ibarat bunga berwarna lain yang memperindah taman tersebut. Jadi perbedaan itu justru melengkapi yang lain.
Inilah salah satu warna dari kehidupan sakinah, mawadah dan rahmah yang diinginkan oleh setiap orang tua bagi rumah tangga anaknya. Lisan dan perbuatan boleh berbeda tetapi hati selalu bergandengan untuk mencapai tujuan bersama. Keduanya selalu seiring sejalan. Itulah sejatinya sakinah, mawadah dan rahmah.
0 comments: