Kerbau menyusu gudel (anak kerbau). Adalah aneh bila terjadi fenomena ini, karena seharusnya, dan itu yang biasa terjadi adalah gudel menyusu kerbau. Jadi pitutur itu adalah sebuah sanepan atau sindiran kepada orang tua yang tidak mau meningkatkan kualitas atau kemampuannya sehingga dia tidak lagi menjadi tumpuan anak-anaknya, tempat bertanya dan tempat meminta. Sebetulnya posisi yang wajar adalah gudel (anak) menyusu kepada induknya. Akan tetapi kenyataan kini telah berobah, telah terjadi perkembangan yang unpredictable, tak dinyana sebelumnya
Ya harus disadari bahwa zaman sudah berobah. Saat ini perobahan ditandai dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat dan cepat. Tak ada lagi ruang tanpa sentuhan teknologi. Teknologi mampu membantu manusia secara cepat, tepat dan akurat sehingga teknologi saat ini bukan lagi hanya merupakan alat atau sarana untuk mencapai apa yang ingin diwujudkan, tetapi sudah merupakan kebutuhan manusia, sehingga zaman ini sudah menjadi era teknologi, era digital.
Di sinilah kelebihan anak-anak bahkan cucu dibanding orang tua atau kakek-nenek mereka. Jari-jari mereka sangat fasih dan lincah menari di atas tombol-tombol gadget. Gadget sudah menggantikan banyak peran guru dan orangtua. Padahal gadget juga otomatis pula sudah menjadi kebutuhan para orang tua. Namun kecepatan mereka menyesuaikan diri dengan teknologi itu sangat jauh ketinggalan dibanding anak dan cucu mereka. Karena itu mereka belajar kepada anak-anak tersebut.
Nah disinilah menjadi kenyataan, bahkan "keharusan" kepada orang tua dalam hal ini untuk belajar kepada anak-anak. Sehingga pitutur "kebo nyusu gudel" bukan lagi menjadi sanepan atau sindiran tetapi sudah fenomena baru, menjadi anjuran atau perintah.
0 comments: