Melakukan perbuatan jelek/jahat dengan berlindung dibalik nama besar. Menurut para psikolog dan ahli tingkah laku, bahwa hampir 90% tingkah laku atau apa yang dilakukan sehari-hari oleh manusia, sepenuhnya di gerakan atau tanpa sadar di kendalikan oleh alam bawah sadar yang kita sendiri bisa jadi tidak menyadari.
Dari pernyataan di atas tersebut, tentunya tingkah yang tidak sadar adalah suatu aktiftitas yang dilakukan secara berturut-turut dilakukan dengan terus menerus sehingga terbentuk suatu kebiasaan. Dan kebiasaan tentunya dilakukan sebelumnya dengan sadar, dengan demikian bahwa apapun dilakukan dengan sadar, nantinya berujung pada tingkah laku yang dilakukan dengan kebiasaan yang telah tertanam dalam alam bawah sadar. Hal ini mencerminkan jatidiri seseorang yang tak bisa dipungkiri.
Zaman ini adalah jaman seperti manusia kehilangan jati diri sendiri, mengapa? Karena kita banyak lihat bahwa orang-orang banyak melakukan sesuatu karena membawa nama dan mengatas namakan nama besar baik pribadi, kelompok, golongan, organisasi bahka agama. Celakanya adalah kelakukan yang dilakukan adalah tindakan atau perbuatan jelek/jahat pada orang lain, ini bisa disebut tidak bertanggung jawab atau berlindung atas nama besar, untuk menlegalkan perbuatan-nya.
Sungguh memang di sayangkan, bahwa kita masih menjalankan kehidupan ini dalam tatanan yang tak bertanggung jawab, atau bersifat mempertahankan diri, bisa juga disebut Kahewanan (mempertahankan hidup dengan mengorbankan yang lain).
Mari kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan, tidaklah perlu menuntut pertanggung jawaban orang lain yang sebenarnya mungkin karena anggapan-anggapan kita yang tidak bertanggung jawab pula. Yang jelas janganlah mengatas namakan!
Dalam kehidupan berumah tangga, “Kekudhung Walulang Macan”, perselisihan bisa terjadi, selesaikan dengan pikiran jernih hati yang gembira, tidak perlu mencela atau menyudutkan pasangan dengan mengatas namakan nama besar seperti: cinta, kebahagian, orang tua, bahkan Tuhan, misalnya tidak cocok, mau cerai, berselingkuh lalu mengatas namakan bahwa kalau memang bukan kehendak tuhan pasti tidak terjadi, semua kan sudah kehendaknya…
Ini rusak dan Parah bukan? Kalau arek Surabaya bilang “Kehendak gundulmu!!!”, bikin salah tapi masih berlindung atau melempar tanggung jawab.
Dalam hubungan orang tua dan anak (Guru dan Murid), ngasuh pengertian dari orang tua atau guru, hendaklah akan membuat anak/murid menjadi pribadi yang menjadi bertanggung jawab, yang tentu tidak boleh berlindung pada nama besar orang tua dan guru. Banyak anak/murid yang tidak maju, karena melakukan segala tindakan mengatas namakan nama besar orang tua dan guru mereka. Menjadi anak dan murid membuat kita menjadi berkesadaran, bukan menjadi bayi raksasa.
Dalam hubungan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), di sinilah sering kita temukan bahwa pergesekan sering terjadi lantaran kalau hubungan antar keluarga/bermasyarakat tidak memiliki dasar kemunusiaan atau humanity, tapi lebih banyak karena kelompok yang menganggap lebih dari dari kelompok lain. Padahal jelas yang berkelompok itu kan bersifat Kahewanan, justru bukan Karobanan (Kemanusiaan).
Sehingga menjatuhkan kemasyarakatan ini dengan mengatas namakan kelompok dan nama besar di sana. Kemasyarakatan ini harus dibangun dengan Kemanusiaan, kemanusian dari pribadi kita tak lain adalah dengan adanya Budhi Welas Asih.
0 comments: