CATEGORIES

Artinya, begitu ya begitu, tapi jangan begitu. Ungkapan itu mempunyai arti sebagai peringatan agar orang tidak berbuat yang terlalu berlebih...

Ngono Ya Ngono, Ning Aja Ngono

Ngono Ya Ngono, Ning Aja Ngono

Artinya, begitu ya begitu, tapi jangan begitu. Ungkapan itu mempunyai arti sebagai peringatan agar orang tidak berbuat yang terlalu berlebihan sehingga menimbulkan permasalahan baru atau bisa mengganggu orang lain.
Misalnya kita boleh saja menegur temannya yang melakukan kesalahan tetapi jangan semata-mata dilakukan di depan umum karena bisa membuat malu orang yang ditegurnya. Ketika saya masih kecil, orang tuaku pernah memberi teguran kepada anak-anaknya seperti ungkapan di atas “ngono ya ngono ning aja ngono” dan nasehat itu sering disampaikan kepada saya dan saudara-saudaraku yang lain ketika ada anaknya yang melakukan kesalaha-kesalahan yang kelewat batas.
Ungkapan itu kalau diperhatikan sekilas terkesan membingungkan dan sangat aneh serta seperti tidak mempunyai arti dan makna. Tetapi karena orang tua sering sekali menyampaikan ungkapan-ungkapan yang lain dengan menggunakan bahasa Jawa, maka sebagian besar anak-anak orang Jawa sangat memahami betul filosofi-filosofi sindiran yang disampaikan tersebut.
Sebetulnya ungkapan itu merupakan sebuah nasehat yang disampaikan oleh orang tua, tetapi kadangkala saya menyebutnya sebagai kata sindiran. Kalimat sindiran yang sederhana yang pada umumnya dianggap sebagai filsafat Jawa ini mempunyai arti yang sangat dalam. Sindiran ketika melihat kenakalan, yang intinya nakal boleh tetapi nakalnya masih dalam bentuk yang wajar dan tidak melampaui batas apalagi merugikan orang lain. Walaupun kenakalan dianggap wajar namun tidak untuk diulangi lagi dengan kesalahan yang sama.
Ungkapan “ngono ya ngono ning aja ngono juga bisa dikatakan sebagai peringatan awal atau dini terhadap kenakalan yang diperbuat oleh seseorang. Walaupun masing-masing orang mempunyai kebebasan bertindak, berbicara, berkehendak, dan melakukan sesuatu yang lainnya. Setiap kebebasan haruslah tetap ada batasan yang digunakan sebagai rambu-rambu agar kebebasan yang dilakukan tidak melmpaui batas norma atau aturan yang ada.
Apapun atau segala sesuatu yang melampaui batas, tidak akan membawa kebaikan. Kesimpulannya harus ada batasnya setiap melakukan apapun. Agar memikirkan dampak yang akan timbul kepada diri sendiri ataupun orang lain, karena kita semua hidup sebagai makhluk sosial. Jauhkan diri kita untuk tidak menyakiti orang lain apalagi perbuatan yang kita lakukan berdampak negatife bagi orang lain. Ketika melihat seorang suami yang mau dicerai istrinya, tidak mau. Padahal dengan bersembunyi suami rencana balik ke mantan,dan sekaligus menyimpan perempuan – perempuan lainnya “ngono ya ngono ning aja ngono”.
Filosofi Jawa “ngono ya ngono ning aja ngono” sepintas memang terdengar sangat membingungkan. Pengucapannya terdengar plin plan, antara mengijinkan dan sekaligus melarang. Misalnya diterapkan pada kalimat “makan ya makan tapi jangan makan”. Mengijinkan makan tetapi juga melarang makan. Apa yang akan dilakukan?. Tidak perlu khawatir apalagi meragukan ungkapan “ngono ya ngono ning aja ngono”. Pesan makna “ngono” yang pertama adalah datar atau netral, ngono yang terakhir artinya berlebihan atau keterlaluan. Jadi kalimat makan ya makan tapi jangan makan mempunyai pesan makan ya makan tapi jangan sampai berlebihan.
Masyarakat Jawa selalu berpikir tidak menyukai apapun yang dianggap berlebihan. Contohnya, seseorang hendak mencari materi duniawi, itu baik ( ngono ). Tetapi jika orang itu terlalu bernafsu, sehingga menghalalkan semuanya, mencuri, korupsi, menipu, bahkan membunuh hanya untuk mencari rezeki, ya jangan begitu lah ( aja ngono ).
Manusia memang tempatnya salah dan lupa, dan banyak yang senang akan hal yang ada di dunia ini. Dengan adanya ungkapan “ngono ya ngono ning aja ngono” bisa untuk mengingatkan kita. Bolehlah kita mencintai dunia dan seisinya, tetapi janganlah sampai melupakan kodrat kita sebagai manusia yaitu seorang hamba Allah. Sebagai hamba Allah, hendaknya jangan sampai terlena dengan semua kesenangan yang ada di depan mata, yang mengakibatkan hilang akal pikirannya. Sampai tidak ingat kalau semua yang hidup akhirnya akan mati.
Melakukan sesuatu atau menginginkan sesuatu sebaiknya yang sedang-sedang saja. Ungkapan “ngono ya ngono ning aja ngono” menurut saya merupakan “piweling” atau bisa juga dikatakan untuk mengingatkan manusia. Boleh melakukan sesuatu yang dianggap kurang baik tetapi janganlah sampai melampaui batas (keterlaluan) sehingga merugikan diri sendiri juga bagi orang lain. Sebaiknya hidup harus selalu ingat (eling) dan waspada. Pikiran tidak boleh kosong.
Ungkapan “ngono ya ngono ning aja ngono” diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia yaitu boleh-boleh saja kamu berbuat ( kesalahan) seperti itu, namun ya janganlah terlalu. Misalnya ketika ada suami yang mempunyai wanita idaman lain ( WIL ), maka seorang istri akan mempertimbangkan tingkat kesalahan atau seberapa parah dia. Kalau hanya sekali-sekali, matanya melirik ke perempuan lain, maka itu masih dianggap wajar dan tidak perlu mendapatkan hukuman. Namun kalau suami sampai membohongi istri, maka ini sudah keterlaluan dan harus dihentikan. Ungkapan ini juga bermakna sebagai “peringatan terakhir”, dalam dunia sepak bola semacam kartu kuning. Namun apabila suami sudah diberi peringatan tetapi masih nekat juga, maka akan diambil tindakan tegas keluar kartu merah alias bercerai.
Ungkapan Jawa “ngono ya ngono ning aja ngono” adalah salah satu kekayaan sastra budaya di masyarakat Jawa yang mengandung pesan-pesan bijak atau nilai-nilai positif di dalamnya. Hingga sampai sekarang ini masih terjaga dengan baik dan sangat kental dalam kehidupan masyarakat.
Biasa digunakan oleh orang tua dalam menasehati anak-anaknya, juga memberi sindiran ataupun teguran kepada seseorang. Untuk itu, marilah kita menerima dengan hati yang ikhlas apabila ada yang mengingatakan kita untuk kebaikan kita sendiri. Tidak ada salahnya kita sebagai manusia yang normal ,merasa legawa apabila mendapatkan sindiran dengan menggunakan ungkapan “ngono ya ngono ning aja ngono”.

0 comments: