CATEGORIES

Jangan mengejar kijang yang berlari. Memang tak mungkin kita lari mengejar kijang berlari, Berapa kecepatan kita ? Usain Bolt, dari Jamaica,...

Ojo Mburu Kidang Mlayu

Ojo Mburu Kidang Mlayu

Jangan mengejar kijang yang berlari. Memang tak mungkin kita lari mengejar kijang berlari, Berapa kecepatan kita ? Usain Bolt, dari Jamaica, pelari sprint yang menjadi legenda itu memiliki kecepatan 9,58 detik untuk 100 meter, atau rata-rata 37,6 kilometer setiap jam. Itu hanya rata-rata yang dihitung dari setiap 100 meter.
Apa betul dia akan mencapai 37,6 kilometer setiap jam. Bisa dipastikan tidak mungkin, karena pada 100 meter berikutnya kecepatannya sudah menurun dan seterusnya pada jarak berikutnya. Padahal kijang mempunyai kecepatan rata-rata antara 55 sampai 60 kilometer satu jamnya. Jadi dari sisi bahasa maka pitutur itu memang benar. Lantas apa makna pituturnya.
Ketika tulisan ini diturunkan, banyak orang yang sedang stress dengan perilaku bermacam-macam, sampai konon ada yang berlari kesana kemari dalam keadaan telanjang bulat. Mengapa? Ya dia menyesali energinya habis, uang dalam jumlah besar hilang percuma, bahkan sebagiannya diperoleh dari berhutang. Sudah dia malu, keluarganya juga malu, masih harus mencari uang untuk mengembalikan "modal" yang hilang.
Targetnya untuk mendapat kedudukan terpandang tidak tercapai. Contoh seperti ini banyak dan di berbagai segmen. Pitutur di atas mengajari kita agar jangan mengejar sesuatu yang hampir tidak mungkin kita peroleh. Berkaca diri tidak dilakukan padahal contoh ini banyak sekali terjadi. Memang seperti kata pitutur terdahulu bahwa "nyawang gethoke dewe" itu sulit.Mestinya orang mau melakukan introspeksi seberapa kuatkah dia. Kalau dia, misalnya, ingin menjadi anggota legislatif, dia harus menghitung berapa orangkah yang dibutuhkan untuk mendukungnya, berapa orang yang mengenal dia dengan baik dan akan memilihnya setidak-tidaknya untuk dapilnya.
Berapa banyakkah dana yang dimiliki (apalagi kalau masih ada money politik yang itu rawan ott kpk) berapa besar dana untuk mengunjngi calon konstituennya, untuk membeli atribute dan kebutuhan kampanye lainnya. Banyak di antara mereka merasa cukup populer di dapilnya, banyak pula yang mengandalkan besarnya uang yang dikeluarkan (yang tidak jelas penggunaannya). Itulah mengapa orang jadi stress karena semua kekuatannya sudah habis dan harapannya tidak terwujud.
Kalau saja orang mau dengan jujur mengukur dirinya, dia akan berpikir seribu kali dan bertanya kepada yang ahli mengenai kekuatan dirinya itu, maka akan banyak orang mengurungkan niatnya untuk meraih sesuatu di luar kemampuan dirinya. Mengharap kemurahan Tuhan? Oh itu harus. Tetapi Tuhan sudah memerintahkan kepada manusia untuk menggunakan akalnya, dalam hal ini memperhitungkan semua "modal" yang disiapkannya.
Tuhan baru akan membuka jalan kalau kemungkinan ke arah itu sudah dilakukan ditambah kesungguhan kerja dan kesungguhan berdoa.

0 comments: