Kita memahami arti tarjamah dari pitutur di atas, yaitu "orang Jawa itu mudah ditekuk atau mudah dibengkok-bengkokkan. Namun kalau kita memahaminya dengan arti terjamah tentu tidak akan sampai kepada maksud sebenarnya. Gampang ditekuk-tekuk itu maksudnya penuh fleksibilitas dalam kehidupan. Orang Jawa mudah bergaul dengan siapa saja dan dengan level manapun, dengan pejabat bisa, dengan pesuruhpun boleh. Masyarakat Jawa terkenal dengan sopan santunnya.
Ada cara atau tata krama memposisikan diri sesuai dengan orang yang dihadapi. Begitu pula dalam bertutur kata. Ada tiga tingkatan bahasa, ngoko, krama dan krama inggil. Tingkat bahasa mana yang akan dipakai, disesuaikan dengan orang yang dihadapi. Bahasa krama inggil dipergunakan bila berhadapan dengan mereka yang lebih sepuh atau tamu atau pejabat. Bahasa krama untuk mereka yang sebaya. Dengan bahasa ngoko untuk mereka yang lebih muda atau mereka yang sebaya tetapi sudah sangat akrab.
Sebenarnya ada satu lagi yaitu bahasa kasar, akan tetapi di sini tidak disampaikan karena memang jarang dipergunakan. Meskipun orang Jawa itu umumnya pekerja keras tetapi karena keluwesannya itu mereka adalah penurut. Mereka tak suka konflik. Lebih baik mereka mengalah untuk menghindari konflik.
Dari keluwesannya itu pula mereka menganut filosofi hidup bagai air, mengalir saja. Sebenarnya sifat asli orang Jawa adalah pemalu, tetapi mereka ingin selalu bersahabat, makanya terkadang terlihat ada orang yang senyum-senyum saja dan mengangguk sebagai respons kepada apa yang dihadapi. Mengapa mereka begitu luwes ? Sejak kecil memang mereka dididik supaya begitu.
Bisa jadi juga salah satu penyebabnya adalah materi pembekalan yang mereka terima saat diwisuda untuk mandiri yaitu ketika mereka menjadi temanten. Mereka dinasehati untuk menjadikan totalitas dirinya bermanfaat dan bisa hidup di manapun dan dalam kondisi apapun. Nasehat itu terwujud dalam simbol tarub. Ada janur dan daun yang terdapat dalam tarub.
Namun di sini hanya akan dikemukakan dua buah saja yaitu pisang dan kelapa (cengkir). Pisang melambangkan keseluruhan dirinya bermanfaat, baik buahnya, daunnya maupun batang pohonnya. Sedang kelapa maksudnya agar mereka bisa hidup di manapun. Dua-duanya mengajari mereka untuk fleksibel dalam mengarungi kehidupannya.
Meskipun demikian, keluwesan itu bukan kelemahan mereka, tetapi sifat bijak (hikmah) mereka, makanya jangan main-main dan memanfaatkannya untuk kepentingan yang negatif. Mereka mempunyai harga diri dan sangat tajam perasaannya. Ingat pitutur yang pernah disampaikan yaitu "sedumuk bathuk senyari bumi"
0 comments: