CATEGORIES

Manusia kehilangan maknanya. Sejak kecil terdoktrin dalam pendidikan formal untuk mencari kebenaran yang diaktualisasikan dengan mencari kes...

Harmonisasi Kemanusiaan

harmonisasi kemanusiaan

Manusia kehilangan maknanya. Sejak kecil terdoktrin dalam pendidikan formal untuk mencari kebenaran yang diaktualisasikan dengan mencari kesalahan orang lain. Mereka yang menjawab benar akan diapresiasi, mereka yang menjawab salah akan dianggap bodoh. Semua berlomba-lomba menjadi benar agar diakui di masyarakat.

Pendidikan di Indonesia tidak memfasilitasi minat dan bakat muridnya. Semua dituntut meraih tujuan yang sama, menjadi yang paling pandai dengan kesalahan yang minimal. Tidak diarahkan sesuai keinginan setiap individu untuk meraih kesuksesan berdasarkan kesukaannya. Pemangku kebijakan memaksa semua orang untuk memahami segala hal, sedangkan pemahaman atas pengetahuan manusia pasti terbatas.

Secara tidak sadar, sekolah dan kampus mencetak manusia bebal untuk giat menyalahkan orang lain agar diakui persepsi atas kebenarannya. Hasilnya adalah sikap mengoreksi kesalahan orang lain tanpa peduli kesalahannya sendiri. Kesalahan adalah aib, kebenaran adalah tuntutan.

Kebijakan pemerintah dicacati, perilaku orang lain digunjing, pengetahuan didebat untuk dicari kesalahannya. Menyalahkan sudah menjadi budaya yang dipupuk sejak kecil dalam dunia pendidikan. Agar tidak dipermalukan di depan kelas, harus benar (tidak salah). Ketika sudah besar, manusia sudah tidak mau lagi ngalah dan selalu berusaha untuk berargumen agar dianggap benar oleh orang lain.

Semakin sering dianggap benar, manusia akan merasa dirinya istimewa. Tidak ada lagi harmonisasi sosial antar manusia yang saling berinteraksi, karena semua sudah merasa benar. Manusia lebih semangat mencari kesalahan orang lain daripada menemukan kebenaran orang lain. Malas menerima perbedaan pendapat. Karena dengan menyalahkan, manusia bisa memenangkan kompetisi mencapai kebenaran.


Baca Juga : Kampanye Kesehatan Spiritual

Konsep Agama

Agama dihadirkan untuk mengubah akhlak manusia agar bisa menjadi lebih baik. Setelah dibius dengan doktin benar dan salah, agama mengajari manusia untuk menemukan kebaikan dan keburukan. Akhlak mengatur manusia untuk berlaku baik kepada sesama, alam semesta, dan agamanya.

Perilaku manusia dibatasi oleh agama untuk tidak terjebak pada pola pikir “salah dan benar”. Ada kebaikan yang levelnya lebih tinggi dari hanya sebatas kebenaran. Makanya dalam agama Islam, Tuhan meminta untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, bukan dalam kebenaran. Kebenaran sifatnya relatif (kecuali kebenaran Tuhan), sedangkan kebaikan adalah konsep budaya yang disepakati masyarakat agar lebih berakhlak dan beradab.

Budaya bangsa Indonesia yang dikenal ramah semakin terdegradasi seiring perkembangan teknologi. Masyarakat lebih gemar mencaci maki menyalahkan orang lain tanpa berpikir asas kebaikan atas perilakunya. Lebih menerima dianggap jahat atau buruk daripada dianggap salah dalam argumen yang terlanjur disampaikan. Bahkan agama hanya dijadikan instrumen untuk menyalahkan orang lain yang justru kontradiktif dengan prinsip agama yang mengajarkan kebaikan.

Agama kehilangan nilai ketika norma ajaran yang fundamental dilanggar untuk menunjukan eksistensi kebenarannya. Tuhan dijadikan kampanye, agama diajak berpolitik, dan jamaah dikendalikan untuk memenuhi hasrat kekuasaan. Agamawan perlu kembali tampil di panggung dan ruang publik untuk kembali mensosialisasikan ajaran agama tentang kebaikan. Menerima perbedaan tanpa embel-embel menjatuhkan sesamanya.

Manusia harus mampu introspeksi diri agar menjadi pribadi yang baik. Merefleksikan agama yang dianutnya sesuai dengan ajaran Tuhan dan nabinya. Bukan malah mencoreng agama dengan perilaku yang jauh dari cerminan keagamaan. Menjadi manusia yang kaku dengan menolak nilai-nilai kemanusiaan.

 

Baca Juga : Agama dan Kemanusiaan

Konsep Kesenian

Pendidikan yang mengajarkan benar dan salah, agama yang mengajarkan baik dan buruk, sedangkan kesenian hadir untuk membentuk karakter dan perilaku yang indah. Ketika agama mengajarkan pendidikan akhlak yang tidak teraplikasi di pendidikan formal, kesenian diajarkan untuk mengindahkan sikap manusia yang tidak diajarkan oleh pendidikan formal dan agama.

Puncak konsep manusia yang bermartabat adalah keindahan. Indah bisa diartikan sikap bijaksana untuk mengakui kesalahan dan keburukan diri sendiri agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Keindahan bukan hanya tentang kesenian panggung dan pameran, lebih dari itu, keindahan adalah ornamen pelengkap harmonisasi kemanusiaan.

Manusia modern kerap melupakan nilai keindahan yang mengakibatkan konflik sosial. Sedangkan Tuhan sendiri mempresentasikan diri sebagai sesuatu yang indah. Mengajarkan cinta dan kasih sayang. Aspek kasih sayang mendadak hilang ditelan informasi kebenaran relatif karena sikap fanatisme. Manusia kehilangan budaya cinta kasih karena mengabaikan sisi keindahan dalam berkomunikasi, berinteraksi, dan berperilaku.

Pemerintah perlu fokus membenahi sistem pendidikan di Indonesia agar tidak terjebak pada perilaku generasi masa mendatang yang tidak mengindahkan nilai-nilai kemanusian. Akar konflik horizontal dan vertikal di masyarakat salah satunya adalah perbedaan pendapat yang kemudian menjelma pada perilaku takfiri dan kemudian sikap radikalisme. Konflik dalam politik identitas setidaknya menjadi gambaran tentang hilangnya nilai-nilai keindahan dalam perbedaan.

Menyongsong generasi emas, Indonesia harus bergerak menciptakan harmonisasi antar pemerintah dan rakyat, agamawan dan jamaah, serta influencer dan pengikutnya. Dimulai dari sikap menghargai kesenian sebagai metode memperkenalkan keindahan. Jika keindahan sudah menjadi instrumen penting dalam diri manusia, maka tujuan menjadi bangsa yang besar sangat mungkin terealisasikan.

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menyiratkan bahwa dengan harmonisasi, perbedaan mampu mewujudkan kedamaian di tengah masifnya arus informasi pemecah belah. Indonesia adalah negara rawan konflik. Dengan harmonisasi sosial, konflik bisa diredam untuk menjadi bangsa yang beradab.

 

Pernah dimuat Caknun.Com

https://www.caknun.com/2021/harmonisasi-kemanusiaan/ 



0 comments: