CATEGORIES

Vaksinasi Covid-19 sudah mulai dilakukan di Indonesia. Jokowi sebagai “bahan uji coba” pertama untuk meyakinkan ke masyarakat bahwa vaksin m...

Akhir Kisah Pandemi

akhir pandemi


Vaksinasi Covid-19 sudah mulai dilakukan di Indonesia. Jokowi sebagai “bahan uji coba” pertama untuk meyakinkan ke masyarakat bahwa vaksin memang aman untuk dikonsumsi. Tentu, setelah uji klinis dari BPOM dan juga fatwa halal dari MUI. Pertanyaan selanjutnya, apakah vaksin adalah penyelesaian masalah dari pandemi Covid-19 yang sudah singgah hampir setahun di Indonesia?

Tentu tidak. Selain jumlah vaksin yang terbatas untuk memenuhi kapasistas minimal 60-70% penduduk suatu daerah (batas teotorial mengatasi pandemi), jenis varian Covid-19 ternyata sering mengalami perkembangan dan perubahan. Covid-19 berbeda dengan virus cacar, polio, atau TBC yang dianggap efektif dicegah menggunakan vaksin.

Saat ini, Indonesia mengimpor 329,5 juta vaksin corona untuk meminimalisir persebaran Covid-19. Kebijakan tersebut didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 01.07/ Menkes/ 9860/ 2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin Untuk Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disesase 2019 (Covid-19).

Mengingat pandemi adalah faktor utama permasalahan berbagai bidang perkembangan dan kemajuan bangsa, pemerintah berani mengambil kebijakan dengan merealokasi APBN mencapai Rp 54,44 triliun untuk kegiatan vaksinisasi masal masyarakat secara gratis.

 

Baca Juga : Bagaimana Jika Vaksinasi Corona Gagal?

Penuntasan Sejarah Pandemi

Abad 14, pandemi Black Death telah mengguncang dunia dengan membunuh lebih dari 50 juta orang (60% populasi penduduk eropa). Masuk ke Indonesia dengan istilah pes yang telah memakan banyak korban jiwa di Jawa khususnya. Pes merupakan bakteri yersinia pestis yang terdapat pada kutu tikus. Belum diketahui secara pasti penyelesaian pandemi black death, satu yang pasti adalah kebijakan mengisolasi masyarakat atau karantina yang dilakukan pemerintah menjadi langkah strategis mengurangi dan menuntaskan pademi.

Penyakit cacar pernah menjadi endemi di kawasan Eropa dan Asia dalam kurun waktu yang cukup lama. Menewaskan tiga dari sepuluh orang yang terinfeksi cacar. Setelah diteliti, cacar berasal dari kawasan Amerika Utara pada 1600-an. Pada tahun 1770, dokter asal Inggris, Edward Jenner mengembangkan vaksin dari cacar sapi dan berhasil mengakhiri pandemi.

Pada awal hingga pertengahan abad ke-19, kolera mewabah di Inggris dan membunuh puluhan ribu orang. Seorang dokter bernama John Snow membuat grafik geografis kematian yang disebabkan oleh kolera selama sepuluh hari terakhir. Dia menemukan fakta bahwa 500 infeksi fatal yang menyebabkan kolera terjadi di sekitar pompa air di Broad Street. Setelah itu pemerintah membuat kebijakan mengenai sanitasi air minum yang menjadi langkah strategis mengentaskan pandemi kolera di berbagai belahan dunia.

 

Baca Juga : Corona, Amnesia Dunia Realitas

Menanti Semar

Seperti sebuah miniatur kehidupan, cerita pewayang seolah menjadi gambaran tentang sejarah, peristiwa, dan keadaan masa mendatang. Menjadi karya sastra fenomenal, Ramayana dan Mahabarata adalah sebuah epos yang menarik untuk dijadikan bekal pengetahuan menghadapi fenomena kehidupan, termasuk pandemi Covid-19.

Ada banyak kisah mengenai pagebluk dalam cerita pewayangan. Mulai dari kisah Sudamala, Karmawibhangga, Cariyos Dalang Karungrungan, ruwatan (Murwa Kala), Calon Arang, hingga Mayangkara. Banyak cara dilakukan untuk mengatasi pagebluk, seperti pemasangan tumbal oleh putra kedua raja Hastina yang bernama Raden Pandu Dewayana dan juga penggunaan senjata jimat kalimasada. Selain itu, kedatangan Semar juga dianggap sebagai harapan untuk penuntasan pandemi.

Tokoh Semar dalam karya sastra klasik hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan Resi Manumasa, khususnya Pandawa. Namun dalam pementasan wayang yang bertemakan Ramayana, dalang juga biasa menampilkan tokoh Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama ataupun Sugriwa. Demikian yang menjadikan seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang.

Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan ksatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Kisah keduanya adalah simbol tokoh pewayangan tentang perpaduan rakyat kecil dan juga dewa kahyangan. Jadi, jika pemerintah bersedia mendengarkan suara rakyat kecil yang ibaratkan sebagai suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya akan aman dan damai sentosa.

Sebagai penasehat kerajaan, sosok Semar digambarkan dalam cerita mampu meredam pageblug atau pandemi berupa wabah penyakit yang melanda kerajaan manapun. Di manapun Semar mengabdi, di situ kerajaan akan menjadi aman tentram jauh dari bencana. Semoga vaksinasi yang dilakukan di Indonesia adalah bagian dari nasehat “Semar” untuk kemaslahatan bangsa.


Pernah dimuat di Koran Seruya

https://koranseruya.com/opini-akhir-kisah-pandemi.html


0 comments: