Sebelum menjadi agamawan politik, saya begitu mengagumi Habib Rizieq. Meskipun kecenderungan saya lebih menikmati dakwah yang santun dan toleran, tapi dakwah yang radikal juga dibutuhkan untuk kasus tertentu. Di bawah komandonya, beliau mampu menjadikan FPI sebagai kapal besar yang bukan hanya aktif mengamalkan prinsip keaswajaan, tapi juga aktif melakukan kegiatan sosial.
Gelar habib sebagai keturunan Nabi Muhammad juga menggerakan saya untuk mencintai beliau, meskipun kadang ada hal yang kurang sependapat mengenai metode dakwahnya. Habib Rizieq akan tetap dikenang dalam sejarah Indonesia, dengan kegagahannya menggerakan masa untuk berkumpul, berzikir, dan menyampaikan aspirasi di Monas kala itu. Pagelaran 212 adalah momentum sejarah mencatat kepiawaian beliau dalam kancah perpolitikan Indonesia.
Dalam konfrensi pers kemarin, 10 November 2020 beliau berencana kembali ke Indonesia setelah 3 tahun lebih bermukim di Arab Saudi. Antusias penggemar fanatik beliau tak sabar kembali mencium tangan beliau, mendengarkan orasi-orasi politik, dan strategi mengalahkan “penguasa”. Lautan selawat akan kembali bergema di Indonesia bersama barisan anak-anak muda yang tidak takut apapun, kecuali Allah Swt. Terlepas dari berbagai kasus yang menimpa Habib Rizieq, beliau tetaplah pantas dianggap pahlawan - minimal bagi jamaah Front Pembela Islam.
Dijadikan imam besar sebagian masyarakat Indonesia, membuat beliau seolah mendapat hak kebal hukum. Proses hukum hanya akan menimbulkan konflik baru yang mungkin bisa lebih besar. Ribuan bahkan jutaan pendukung beliau bisa melakukan apapun jika pemimpinnya merasa dizalimi, termasuk membuat kekacuan dan anarkisme di Indonesia. Meskipun secara statistik jamaah FPI tidak sebesar Nahdlatul Ulama atau Muhammadiyah, namun identitas politik Islami membuat Habib Rizieq bagaikan magnet yang mampu menggerakan muslim milenial untuk berjuang bersamanya.
Baca Juga : Degradasi Iman melalui Simbol Agama
Gelar Habib
Akhir ini, mahabbah kepada habaib begitu terasa. Sebelum agenda 212, NU sudah diajarkan sejak dini untuk senantiasa menghormati dzuriyah Rasul. Habaib semacam oase di tengah gurun dalam pencarian menemukan sosok Nabi Muhammad. Berbeda mazhab pun, mereka selalu mendapatkan tempat kusus untuk menjadi percontohan muslim pribumi.
Menggerakan masa sekira 7 juta orang di sekitaran monas, menjadikan Habib Rizieq sebagai nahkoda dalam kapal muslim Indonesia. Namun pengumpulan masa dalam jumlah jutaan pernah diinisiasi oleh Habib Munzir Al Muasawa dengan Majelis Rasulullahnya. Setelah beliau meninggal, euforia majelis selawat tidak semeriah sebelumnya. Majelis Nurul Mustofa yang dipimpin Habib Hasan bin Ja’far Assegaf secara bersamaan berjuang menselawatkan Jakarta, tidak begitu banyak diliput media.
Setiap pendakwah yang bergelar habib mempunyai metodenya masing-masing. Ada yang sebijaksana Abu Bakar, sekeras Umar bin Khatab, seloyal Utsman bin Affan, dan secerdas Ali bin Abi Thalib. Meskipun beranekaragam, kunci persatuan adalah jangan saling menyalahkan metode dakwah satu dengan yang lain, karena tujuannya sama-sama untuk berbakti kepada agama. Dalam menggarap lahan persawahan, ada berbagai jenis tugas agar hasil pertaniannya melimpah. Mereka ada yang membajak, menanam benih, memberi pupuk, memagari sawah, mengaliri ari, mencabuti hama, hingga memukuli tikus.
Gelar habib adalah keniscayaan, namun bukan berarti bertaklid buta kepadanya. Tidak ada manusia yang sempurna, kecuali Nabi Muhammad. Habib pun pasti pernah punya salah dan kekhilafan. Ketidakcocokan metode dakwah adalah kesubjektivitasan setiap manusia. Intinya, jangan sampai mengotori kesucian agama dengan perilaku yang jauh dari cerminan ajaran agama itu sendiri.
Baca Juga : Fenomena Takfiri di Indonesia
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Dalam UU. No. 20 Tahun 2009, tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Pasal 25 dan Pasal 26, untuk memperoleh Gelar Kepahlawanan perlu syarat;
1. WNI atau seseorang yang berjuang di wilayah yang sekarang menjadi wilayah NKRI;
2. Memiliki integritas moral dan keteladanan;
3. Berjasa terhadap bangsa dan Negara;
4. Berkelakuan baik;
5. Setia dan tidak menghianati bangsa dan Negara; dan
6. Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
7. Pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa;
8. Tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan;
9. Melakukan pengabdian dan perjuangan yang berlangsung hampir sepanjang hidupnya dan melebihi tugas yang diembannya;
10. Pernah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara;
11. Pernah menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa;
12. Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi; dan/atau melakukan perjuangan yang menpunyai jangkauan luas dan berdampak nasional.
Kesan yang tersampai ke publik adalah sikap oposisi dari Habib Rizieq kepada pemerintah. Kemarahan dan kekecewaan beliau dilandasi dari kriminalisasi ulama, sistem diktator, dan sikap anti-islam yang diterima dari berbagai sumber internal. Pengaruh Habib Rizieq dalam mengesankan identitas keagamaan yang terpisah dari sikap nasionalis terus berkembang di masyarakat. Hingga saat ini labelitas keislaman, komunis, radikal, liberal, anarkis, menjadi bahasan setiap diskusi di forum-forum digital.
Kepulangan Habib Rizieq kebetulan bertepatan dengan hari pahlawan nasional. Entah disengaja atau tidak, kehadiran beliau akan kembali memeriahkan nuansa politik keagamaan di Indonesia. Habib Rizieq akan tetap dianggap pahlawan oleh penggemarnya. Menjadi singa podium melawan ketidakadilan terhadap negara dan agama Islam.
Semoga pemilihan tanggal 10 November 2020 yang bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional kembali mengingatkan beliau untuk bersikap seperti ksatria. Mengabdikan diri kepada negara dan agama, bukan sebatas ambisi kekuasaan. Tidak berkuasa pun Habib Rizieq tetap akan menjadi pahlawan karena jasanya mengajak “preman” untuk mau berjihad di jalan Allah Swt. Semoga di bulan Maulid ini, setiap perkatan dan perilaku yang dilakukan bisa membanggakan nasab beliau, Nabi Muhammad Saw.
0 comments: